Hari Pendidikan Nasional nasional kita memang baru akan kita peringati Setiap Bulan Mei ada sekitar lebih kurang 4 bulan kedepan. Tetapi sekedar mengingat kita akan sejarah tentunya tidak salahnya saya mengurai sedikit tentang Makna dan Sejarah Hardiknas negara kita tercinta. Karena kebanyakan dari pengunjung mungkin berpofesi guru dan kita jangan lupa akan sejarah.
Hari Pendidikan Nasional di
Indonesia diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Namun seiring berjalannya
waktu, sebagian besar masyarakat hanya mengetahui bahwa Hari Pendidikan
Nasional atau Hardiknas diperingati setiap 2 Mei, tetapi tidak memahami
bagaimana sejarah penetapan Hardiknas tersebut.
Sosok Ki Hajar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara yang memiliki
nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat
menyelesaikannya karena sakit. Akhirnya, Ia bekerja menjadi seorang wartawan di
beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.
Tanggal 2 Mei sejatinya adalah
hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, beliaulah yang dianggap sebagai pahlawan
yang memajukan pendidikan di Indonesia, berkat jasa beliau Perguruan Taman
Siswa berdiri, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para
pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara juga suka
menulis, banyak tulisannya yang sangat tajam terutama menyindir Belanda, salah
satunya adalah Als Ik Eens nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda)
yang salah satu petikannya adalah sebagai berikut; "Sekiranya aku seorang
Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu,
bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander
memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan
perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula
kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! "Kalau aku seorang
Belanda" Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku
terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi
suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Karena tulisannya tersebut Ki
Hajar Dewantara dibuang ke pulau Bangka namun dipindahkan ke Belanda karena
pembelaan Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesumo, sepulangnya ke Indonesia Ki
Hadjar Dewantara membangun Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa (Perguruan
Nasional Taman siswa) pada 3 Juli 1922 yang menjadi awal dari konsep pendidikan
nasional.
Ki Hajar Dewantara diangkat
menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia dalam kabinet
pertama Republik Indonesia. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor
honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Atas
jasanya dalam merintis pendidikan umum di Indonesia, Ki Hajar Dewantara
dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan berdasarkan Surat
Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959, hari
kelahiran Ki Hajar Dewantara yaitu tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari
Pendidikan Nasional.
Ki Hadjar pun aktif menjadi
pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun
Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Jadi makna Ing Ngarso Sun
Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan
bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang
pemimpin adalah kata suri tauladan.
Sebagai seorang pemimpin atau
komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan
tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Sama
halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah,
Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk
kemauan atau niat. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan
inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang
lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Sehingga artinya Tut Wuri
Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral
dan semangat kerja dari belakang.
Meskipun Indonesia sudah merdeka
sejak 1945 namun kualitas pendidikan nasional masih perlu dibenahi. Masih
banyak anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan yang layak, terutama kaum
marginal yang terdapat di berbagai pelosok bahhkan di Ibu Kota. Maka dari itu
pada Hardiknas Tahun 2016 ini, hendaknya
dijadikan sebagai momentun bagi seluruh lapisan yang memperhatikan pendidikan
untuk memperjuangkan pendidikan yang layak bagi bangsa Indonesia. Mari kita
lawan dan berantas korupsi di dunia pendidikan dan di tanah air kita, karena hal
tersebut hanya akan meperbodoh bangsa ini dan bertentangan dengan kemauan UUD
45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari bersama sama selamatkan generasi
muda Indonesia, dengan cara meningkatkan mutu pendidikan indonesia dan
memperjuangkan adik-adik yang putus sekolah. Melalui hardiknas 2016 ini mari
kita kobarkan semangat memperjuangkan pendidikan Indonesia.
Pada saat itu ketika masa
penjajahan pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia, terdapat kenyataan bahwa
hanya mereka keturunan Belanda dan orang-orang kaya saja yang bisa memperoleh
pendidikan, sedangkan rakyat pribumi sengaja dibiarkan buta huruf dan tidak
bisa mengenal pendidikan.
Coba Anda bayangkan jika
pendidikan tidak diperjuangkan saat itu maka sudah dapat dipastikan Indonesia
tidak mungkin bisa maju dan berkembang perekonomiannya seperti yang kita
rasakan saat ini.
Sejarah Singkat Peringatan Hari Pendidikan Nasional
Pahlawan yang memperjuangkan
pendidikan nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada Tanggal
2 Mei 1889 dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berasal dari
keturunan keraton Yogyakarta.
Beliau mengecam pendidikan di
Sekolah Dasar ELS, dan melanjutkan ke sekolah Belanda yang bernama STOVIA atau
Sekolah Dokter Bumiputera namun tidak sampai lulus dikarenakan sakit. Jenjang karir Beliau pernah
bekerja sebagai wartawan di beberapa tempat yaitu Midden Java, Sedyotomo,
Oetoesan Hindia, De Express, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
Pada saat Kabinet pertama
Republik Indonesia, Beliau diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan mendapat
anugerah gelar Doktor kehormatan Doctor Honoris Causa, Dr.H.C. dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
pada Tahun 1957. Salah satu Filosofi dan hasil
karya Beliau seperti kutipan kalimat “Tut Wuri Hadayani” yang memiliki arti “di
Belakang Memberikan Dorongan” makna dari kalimat ini dijadikan motto dan slogan
pendidikan serta menjadi landasan dalam rangka memajukan pendidikan di tanah
air.
Beliau wafat pada usia 70 tahun
pada Tanggal 26 April 1959, berkat usaha kerja keras dan jasanya dalam rangka
merintis pendidikan di tanah air, Beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia atas dasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
305 Tahun 1959 pada Tanggal 28 November 1959, dan hari kelahiran Beliau
ditetapkan dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia.
Makna Hari Pendidikan Nasional
Dengan adanya kemudahan dalam
menempuh jenjang pendidikan saat ini diharapkan bagi generasi muda, siswa dan
pelajar dapat memanfaatkannya untuk menimba ilmu yang setinggi-tingginya.
Seperti kutipan dalam kalimat
kiasan “Tuntutlah Ilmu dari Buaian hingga ke Liang Lahat” atau “Tuntutlah Ilmu
hingga ke Negeri Cina” dapat Anda resapi sebagai : Menuntut ilmu itu tidak
mengenal adanya batasan umur dan usia, serta tempat.
Ilmu merupakan jendela dunia,
tingkatkan budaya membaca buku yang bermanfaat, bagi Anda yang memiliki
keahlian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka Anda akan bisa menguasai dunia
dalam genggaman Anda.
Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa saat ini biaya pendidikan untuk sekolah dasar, menengah dan atas, apalagi
terutama untuk perguruan tinggi terasa begitu tinggi dan sangat memberatkan
sebagian besar warga Indonesia.
Diharapkan pemerintah kita yang
berkuasa saat ini memberikan porsi tunjangan APBN yang lebih besar serta
pengawasan yang ketat terhadap penyerapan anggaran sektor pendidikan di
Indonesia, demi untuk meningkatkan martabat dan kemakmuran bagi segenap warga
negara. Selain itu yang perlu
dipertimbangkan adalah nasib dan kesejahteraan para pengajar atau guru,
sehingga mereka bisa lebih optimal dalam memberikan sumbangsih terhadap
kemajuan pendidikan, serta pembangunan sarana sekolah baru yang memadai hingga
ke pelosok tanah air kita.
Disamping peran guru, peran orang
tua juga sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan, dimana mereka bisa
memberikan suri tauladan dan contoh prilaku yang baik tentang norma dan
pendidikan dasar.
Untuk memperingati Hari
Pendidikan Nasional ini biasanya para pelajar atau siswa mengadakan apel
bersama untuk mengenang jasa para pahlawan yang sangat berjasa dalam dunia
pendidikan, setelah acara tersebut selesai biasanya ada beberapa sekolah atau
instansi yang mengadakan lomba pidato mengenai peran penting pendidikan
nasional di Indonesia.
Dengan memperingati Hari
Pendidikan Nasional setiap Tanggal 2 mei ini diharapkan dapat memberikan makna
tersendiri yang mendalam terhadap kemajuan pendidikan baik Formal maupun
Informal di Indonesia.
Dalam Peringatan Taman Siswa
ke-30 Tahun, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan hendaknya dikenakan
terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau
disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak
mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.”
Maksud dari pernyataan Ki Hadjar
Dewantara tersebut dengan gamblang menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari sebuah
proses pendidikan, yaitu “agar anak-anak berpikir sendiri”. Dengan begitu,
mereka menjadi orisinal dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap
berhasil ketika anak mampu mengenali tantangan apa yang ada di depannya dan
tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya.
Tiga Semboyan Beliau Selalu Dikenang
Ki Hadjar Dewantara memiliki
semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan. Secara utuh, semboyan
itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
tut wuri handayani.
Arti dari semboyan tersebut
adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau
di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri
Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan
arahan).
Hingga kini, semboyan pendidikan
Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia
dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.
Demikianlah Postingan Hardiknas : Mengenang Kembali Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional di Indonesia semoga bermanfaat.
Demikianlah Artikel Hardiknas : Mengenang Kembali Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional di Indonesia
Sekian artikel Hardiknas : Mengenang Kembali Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional di Indonesia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Hardiknas : Mengenang Kembali Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional di Indonesia dengan alamat link https://www.dunia-mulyadi.com/2017/01/hardiknas-mengenang-kembali-sejarah-dan-makna-hari-pendidikan-nasional.html
0 Response to "Hardiknas : Mengenang Kembali Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional di Indonesia"
Post a Comment
Terimakasih atas Kunjungannya serta Komentarnya.....Jangan Lupa Like and Sharenya Thanks......