Sistem Tata Surya dan Kehidupan di Bumi
A. Tata
Surya
Tata
surya merupakan satu bagian kecil dari alam semesta, jagat raya atau antariksa
yaitu ruangan yang meluas ke segala arah, tidak terhingga, tetapi ada
batasan-batasannya yang belum dapat diketahui. Jagat raya diduga bentuknya melengkung
dan dalam keadaan memuai. Jagat raya terdiri atas galaxi-galaxi atau sistem
bintang yang jumlahnya ribuan.
Berdasarkan
hasil pengamatan para astronom dengan menggunakan teropong binokular atau
teleskop yang mutakhir bahwa di alam semesta ini terdapat bintang-bintang
beredar mengikuti suatu pusat berupa kabut gas pijar yang sangat besar,
dikelilingi oleh kelompok-kelompok bintang yang sangat dekat satru dengan lain
(Cluster) dan juga dikelilingi oleh gumpalan-gumpalan kabut gas pijar yang
lebih kecil dari pusatnya (nebula) dan tebaran ribuan bintang. Keseluruhan itu
termasuk matahari selanjutnya disebut Galaksi atau Tata Surya, menurut para
ahli ternyata galaksi itu jumlahnya banyak, dan galaksi dimana bumi kita
berinduk diberi nama galaksi Milky way atau Bhima Sakti, dan galaksi tetangga
bhima sakti yang berhasil dapat dilihat oleh para astronom adalah galaksi
andromeda.
Galaksi
atau Tata Surya merupakan kumpulan bintang-bintang yang jumlahnya tidak kurang
100 Milyar termasuk diantaranya matahari. Matahari merupakan pusat tata surya
kita ini. Kumpulan bintang-bintang di dalam galaksi bentuknya menyerupai lensa
cembung yang pipih atau cakram dengan garis tengah sepanjang 100 tahun cahaya
dan tebalnya 10 tahun cahaya. Posisi matahari sebagai pusat tata surya berada
pada jarak 30 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Ada
beberapa teori tantang terbetuknya tata surya. Beberapa diantaranya adalah:
1. Teori Nebular (kabut)
Teori
terjadinya tata surya mula-mula dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) seorang
ahli filsafat bangsa Jerman dan Pierre Simon Lapace (1796) seoramg ahli fisika
bangsa Perancis. Keduanya berpendapat bahwa tata surya berasal dari kabut,
sehingga disebut teori Kabut Kant-Laplace, dalam alqur’an menjelaskan bahwa
penciptaan langit itu berasal dari asap (kabut), Al-Qur’an surat Fussilat ayat
11.
“Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi, Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab Kami dating dengan suka hati.”
2. Teoti Tidal atau Pasang Surut
Teori
ini dikemukakan oleh James H. Jeans dan Harold Jeffres pada tahun 1919. Menurut
teori ini ratusan juta tahun lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari
dan kemudian menghilang. Pada waktu itu sebagian matahari tertarik dan lepas.
Dari bagian matahari yang lepas inilah kemudian terbentuk planet-planet.
3. Teori Bintang Kembar
Menurut
teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan sepasang bintang kembar. Oleh
sesuatu sebab salah satu bintang meledak, dan oleh gaya tarik gravitasi bintang
yang satunya (matahari sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan
beredar mengelilinginya.
4. Teori G.P. Kuiper
Pada
tahun 1950 G.P Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang ditemui di luar
tata surya dan menyuarakan penyempurnaan atas teori-teori yang telah
dikemukakan yang mengandaikan matahari serta semua planet-planet berasal dari
gas purba yang ada di ruang angkasa. Pada saat ini terdapat banyak kabut gas
dan diantara kabut terlihat dalam proses melahirkan bintang.
5. Konsep Alam Ganda
Para
ahli astrofisika modern berpendapat bahwa ada planet-planet yang menyerupai
bumi. Mereka mengira ada kemungkinan terdapatnya planet seperti bumi di luar
system matahari karena alas an-alasan seperti berikut :
Orang
memperkirakan bahwa dalam galaksi kita, seperdua dari 100 milyar bintang,
masing-masing mempunyai sistem planet seperti system matahari.
P.
Guerin, seorang ahli astrofisika, menulis “system planeter sudah terang,
tersebar banyak dalam cosmos, sistem matahari dan bumi tidak satu-satunya yang
ada. Kehidupan, sebagaimana planet-planet yang memberinya tempat juga tersebar
diseluruh cosmos, dimana saja terdapat kondisi fisikokimia yang diperlukan
untuk terbentuknya kehidupan tersebut dan perkembangan selanjutnya.” Jika kita
kaitkan Penjelasan Guerin dengan ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang
kegandaan langit dengan symbol angka 7 lapis langit. Disisi lain wujudnya
bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek, adalah suatu hal
yang dapat kita pahami, tetapi para ahli sampai saat ini belum ada yang dapat
membuktikan keadaannya seperti apa. Para spesialis menganggap bahwa adanya bumi
semacam itu sangat mungkin.
B. Komponen Tata Surya
1.
Matahari
Matahari
adalah bola gas pijar yang merupakan bintang terdekat dengan bumi. Matahari
mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah
ekuatorialnya 864.000 mil. Sedangkan garis tengah antara kutubnya 43 mil lebih
pendek. Selain sebagai pusat peredaran, matahari merupakan pusat sumber tenaga
dalam tata surya karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari. Matahari
terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit (fotosfer, kromosfer, dan Korona) Agar
terus bersinar, matahari menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi
fusi nuklir pada kadar 600 juta ton.
2.
Planet
Planet
merupakan benda langit dalam sistem tata surya yang bergerak mengelilingi
matahari pada lintasan (orbit) yang stabil. Dahulu kita mengenal sembilan
planet dalam sistem tata surya yaitu merkurius, venus, bumi, mars, jupiter,
saturnus, uranus, neptunus dan Pluto. Tetapi saat ini yang diakui
sebagai planet anggota tata surya hanya delapan kecuali pluto. Benda- benda
langit memiliki syarat sehingga dapat dikatakan planet. Syaratnya yaitu:
- Benda langit yang mengitari matahari, bentuknya bulat, dan merupakan satu-satunya objek dominan di orbitnya
- Mengorbit pada matahari.
- Mempunyai massa yang cukup bagi gaya grafitasinya untuk mengatasi gaya-gaya luar lainnya , sehingga dengan keseimbangan hidrostatiknya mempunyai bentuk hampir bulat.
- Telah menyingkirkan objek-objek lain disekitar orbitnya.
Planet-Planet Keluarga Tata Surya
MERKURIUS
Merkurius
adalah planet terkecil di dalam tata surya dan
yang terdekat dengan Matahari dengan kala revolusi memakan waktu 88
hari berlaku di bumi. Selain bergerak mengelilingi matahari, Merkurius juga
berputar pada porosnya (berotasi) yaitu sehari semalam memakan waktu 58,64 hari
(=2/3 P, periode sideris orbit0 sering kali disebut juga 59 hari, jadi sangat
lambat.
VENUS
Pemetaan
dengan radar menunjukan adanya kawah-kawah pada permukaan venus, walaupun
sebagian permukaannya datar. Venus berevolusi dalam waktu 224,7 hari di bumi.
Venus terdiri dari 97% karbon dioksida (C02) dan 3% nitrogen
sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan. Venus memiliki diameter
12.104 km dan berotasi dalam waktu 243 hari. Venus tidak mempunyai satelit.
Venus memiliki massa jenis 5200 kg m³ dan suhu dipermukaan 480 ºC. Jarak
rata-rata Venus dan Matahari adalah 108,2 juta km. Venus terlihat lebih terang
dari planet lain karena memiliki atmosfer berupa awan tebal berwarna putih.
Atmosfir inilah yang memantulkan cahaya matahari sehingga terlihat berkilau di
bumi.
BUMI
Bumi
adalah planet ketiga
dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai
4,6 miliar tahun. Jarak
antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: astronomical unit).
Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindungi permukaan Bumi
dari angin matahari, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa.
Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi
menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer dan Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di
lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari
sinar ultraungu. Sebagian atmosfer bumi terdiri
dari gas nitrogen (80%) dan gas oksigen (20%).
Perbedaan
suhu permukaan bumi adalah antara -70 °C hingga 55 °C bergantung pada
iklim setempat. Bumi berevolusi dalam waktu 365 hari dan berotasi selama 24
jam. Satelit Bumi adalah Bulan yang bergerak mengelilingi Bumi selama 29,5
hari. Bumi mempunyai massa seberat
59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi
(sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan
berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
MARS
Mars
adalah planet terdekat
keempat dari Matahari. Namanya diambil dari dewa perang Romawi, Mars. Planet ini sering dijuluki sebagai
“planet merah” karena tampak dari jauh berwarna kemerah-kemerahan. Ini
disebabkan oleh keberadaan besi(III) oksida di
permukaan planet Mars. Mars adalah planet bebatuan dengan atmosfer yang tipis. Di permukaan Mars
terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan lapisan es.
Periode
rotasi mars 24,9 jam dan periode revolusinya 1,9 tahun (±686 hari). Di Mars
berdiri Olympus Mons, gunung tertinggi di Tata Surya,
dan Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya.
Selain itu, di belahan utara terdapat cekungan Borealis yang
meliputi 40% permukaan Mars.
Planet ini
memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet ini
mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi matahari. Planet ini juga
berotasi. Kala rotasinya 25,62 jam.
JUPITER
Yupiter atau
Jupiter adalah planet terdekat
kelima dari matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Jarak
rata-rata antara Yupiter dan Matahari adalah
778,3 juta km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan diameter
14.980 km dan memiliki massa 318
kali massa bumi. Periode rotasi planet ini adalah 9,8 jam, sedangkan periode
revolusi adalah 11,86 tahun.
Di permukaan
planet ini terdapat bintik merah raksasa. Atmosfer Yupiter
mengandung hidrogen (H), helium (He), metana (CH4)
dan amonia (NH3). Lapisan atas atmosfer Yupiter terdiri dari 88 – 92% hidrogen
dan 8 – 12% helium. Suhu di permukaan planet ini berkisar dari -140oC
sampai dengan 21oC. Seperti planet lain, Yupiter tersusun atas
unsur besi dan unsur berat lainnya.
Jupiter memiliki 14 satelit, di antaranya Io, Europa, Ganymede, Callisto (Galilean moons).
SATURNUS
Saturnus
adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal sebagai planet
bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter. Jarak rata-rata saturnus dan
matahari adalah 1.427 juta km. Jarak Saturnus yang sangat jauh dari Matahari menyebabkan Saturnus tampak
tidak terlalu jelas dari Bumi. Saturnus
berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus dan
Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga
berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.
Saturnus
memiliki diameter 120.660 km Saturnus dikelilingi beribu-ribu cincin yang
diperkirakan terbentuk dari bongkahan zat meteorit. Saturnus memiliki 18
satelit antara lain Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, dan Titan yang merupakan
satelit terbesar.
URANUS
Planet
Uranus baru ditemukan pada tahun 1781 oleh seorang astronom bernama William
Herschel. Planet ini hanya dapat kita lihat dengan menggunakan teleskop. Jarak
antara Uranus dengan Matahari adalah 19,18 SA atau kira-kira 2.877 juta km.
Semua
permukaan Uranus pernah menghadap ke Matahari secara tegak lurus, karena orbit
kemiringannya sebesar 98° terhadap ekuator. Garis tengah Uranus pada ekuatornya
adalah 50.800 km.
Kala
revolusi Uranus adalah selama 84,01 tahun dengan rotasi selama 10 jam 49 menit.
Struktur lapisan planet ini diperkirakan sama dengan Saturnus, hanya lapisan
hidrogennya lebih sedikit. Hasil penyelidikan NASA pada tahun 1977, menemukan
bahwa Uranus merupakan planet kedua yang memiliki cincin. ini terbukti dan
adanya lingkaran-lingkaran materi yang mengelilinginya.
Temperatur
di permukaan Uranus berkisar antara -2330C hingga 2130C.
Massa planet ini adalah sekitar 14,6 kali massa Bumi, dengan gravitasi sebesar
1,17 kali gravitasi Bumi. Atmosfer Uranus tersusun atas metana (CH4) hidrogen,
dan helium, dan methane (CH4). Hingga saat ini diketahui Uranus memiliki 18
satelit yaitu Oberon, Titania, Umbriel, Ariel, dan Miranda. Planet ini juga
diketahui mempunyai 9 cincin.
NEPTUNUS
Neptunus
merupakan planet terjauh
(kedelapan) jika ditinjau dari Matahari. Planet
yang dinamai dari dewa lautan Romawi ini
merupakan planet terbesar keempat berdasarkan diameter (49.530 km) dan terbesar
ketiga berdasarkan massa. Massa Neptunus tercatat 17 kali lebih besar
daripada Bumi, dan
sedikit lebih besar daripada Uranus. Neptunus mengorbit Matahari pada
jarak 30,1 SA atau sekitar 4.450 juta km.
Periode rotasi planet ini adalah 16,1 jam, sedangkan periode revolusinya adalah
164,8 tahun. Simbol astronomisnya adalah ♆, yang
merupakan trident dewa
Neptunus.
C. Dampak Dari Aktifitas Tata Surya Terhadap Kehidupan Di Bumi
Salah
satu dampak aktifitas tata surya terhadap kehidupan bumi adalah efek rumah kaca
atau global warming. Efek rumah kaca pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier
pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit
alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi makalah ini hanya
membahas pengaruh di bumi.
Istilah
Efek Rumah Kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani di
daerah iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah
kaca. Yang terjadi dengan rumah kaca ini, cahaya matahari menembus kaca dan
dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang
panas yang berupa sinar infra merah. Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih
tinggi daripada di luar rumah kaca. Namun gelombang panas itu terperangkap di
dalam ruangan kaca serta tidak bercampur dengan udara dingin di luarnya.
Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luarnya. Inilah
gambaran sederhana terjadinya efek rumah kaca (ERK).
Efek
rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida ( CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan
oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25 % diserap awan, 45 % diserap permukaan bumi, 5 % dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi. Energy yang diserap dipantulkan kembali dalam
bentuk radiasi inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2
dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Selain gas CO2
yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa
organic seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Sinar inframerah
yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa
uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon
(O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan
troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi
naik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap
sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
Efek
rumah kaca bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu
meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida. Hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan
global yang terjadi saat ini.
Peningkatan
dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang
disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat
memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar
infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus
melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari
matahari yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2
di atmosfer memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke
permukaan bumi. Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh
permukaan bumi sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar
tampak, yang oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO2.
Sekali
molekul CO2 menyerap energi dari sinar infra merah, energi ini tidak
disimpan melainkan dilepaskan kembali ke segala arah, memancarkan balik ke
permukaan bumi.Sebagai konsekuensinya, atmosfer CO2 tidak menghambat energi
matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat sebagian energi untuk kembali
ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut efek rumah kaca.
Lapisan
terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca
atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya
yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh
uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke
permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi
difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul
gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar
inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara
lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4),
dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan
troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi
naik.
Terjadilah Efek Rumah Kaca.
Kompleksitas
proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet
bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet
bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak
merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk
suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga
bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Perpaduan
antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali
iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim
bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.
Secara
alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah
kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi.
Gas
Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4
(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
(Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer
dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan
pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
Selain
itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas
pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti
karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi
GRK di atmosfer.
Berubahnya
komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global
akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi
akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian
dikenal dengan Pemanasan Global.
Sinar
matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut
tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan
gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.
Akibatnya
energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar
kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali
lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata
dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah
satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah
perubahan iklim secara global.
Pemanasan
global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es
di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim kemarau
yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin
tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan
Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya
beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal
panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
Dampak Akibat Efek Rumah Kaca
a. Makin tingginya suhu permukaan bumi
yang berdampak pada terjadinya cuaca yang cukup ektrem pada saat ini. Dimana
pada siang hari terasa sangat menyengat dan pada malam hari, udara terasa
dingin.
b. Mulai mencairnya beberapa gunung es
yang terdapat di wilayah kutub. Hal ini karena suhu di kutub meningkat dan
mengurangi kemampuan pembekuan es yang ada di kawasan tersebut.
c. Makin bertambahnya ketinggian air
laut yang di akibatkan suhu air laut meningkat. Akibatnya pada saat ini semakin
banyak ancaman tenggelamnya beberapa kawasan daratan di dunia.
d. Terganggunya fungsi hutan dalam
menyerap partikel bebas seperti CO2 yang ada di udara. Akibatnya, senyawa
tersebut tidak tersaring dan mencemari lingkungan serta merusak atmosfer bumi.
Cara Menanggulangi Efek Rumah Kaca
Ada
dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca.
Cara
yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang
muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh
dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan.
Untuk
mengurangi efek rumah kaca, ada langkah yang dapat dilakukan:
a.
Gunakan penerangan seperlunya dengan
lampu yang hemat energi
b. Hemat listrik
c.
Kurangi kendaraan bermotor pribadi,
gunakan kendaraan umum
d. Gunakan kendaraan non-motor
e.
Hentikan penebangan pohon
f.
Tanamlah pohon disekitar tempat
tinggal agar udara segar dan menyerap emisi gas rumah kaca
Demikianlah Artikel Sistem Tata Surya dan Kehidupan di Bumi
Sekian artikel Sistem Tata Surya dan Kehidupan di Bumi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sistem Tata Surya dan Kehidupan di Bumi dengan alamat link https://www.dunia-mulyadi.com/2016/02/sistem-tata-surya-dan-kehidupan-di-bumi.html
isnt that Jupiter has more satelites?
ReplyDelete